Sunday, November 6, 2016

Cerpen Bencana Merapi

Cerpen Bencana Merapi


Di sebuah desa di kaki gunung merapi terdapat sebuah keluarga kecil yang tinggal di sebuah rumah kecil, ia tinggal di dekat rumah seseorang yang cukup terkenal sebagai bintang iklan sebuah produk minuman, orang itu bernama Mbah Marijan, kelaurga tersebut terdiri dari 4 orang manusia, ayahnya bernama Sugeng , ibunya bernama Supiah, sedangkan anak pertama bernama Firmun dan anak yang kedua bernama Kimpul, saat itu kelurga tersebut sedang beraktifitas di sekitar rumah, sang Ayah sedang berladang, Ibu sedang memasak, sedangkan Firmun dan Kimpul sedang bermain bola disamping rumah.


Tiba-tiba terjadi gempa gempa berkekuatan ringan yang terjadi selama 2 menit, setelah gempa berhenti mereka masih melanjutkan aktivitas seperti biasanya karena mereka sudah terbiasa dengan gempa gempa kecil seperti itu, tetapi secara tiba tiba gunung merapi mengeluarkan asap tebal yang menjulang tinggi ke langit biru pada awalnya langit berwarna biru, tetapi setelah merapi meletus, langit menjadi berwarna abu-abu dan debu berterbangan ke pemukiman warga. Warga sudah mulai banyak yang mengungsi ke rumah kerbat atau keluarga tetapi keluarga firmun lebih memilih bertahan di rumah sendiri.


“Ibu lebih baik kita bertahan disini dengan anak anak” kata ayah.
“Mengapa yah?” tanya ibu.
“Kita sudah biasa menghadapi bencana seperti ini, lebih baik kita bertahan disini mungkin merapi hanya bererupsi sebentar saja” kata ayah
“Jangan bicara seperti itu Yah” jawab ibu lembut.
“Iya bu maafkan ayah” kata ayah.
“Anak anak dimana?” tanya ibu.
“Mungkin mereka sedang bermain ke rumah temannya” jawab ayah

Setelah berbincang bincang mereka pun melanjutkan aktivitas nya masing masing, setelah beraktivitas mereka beristirahat sejenak di kamar tidur ayah dan ibu tertidur lelap sampai sore hari mereka baru terbangun setelah kedua anak mereka memanggil nya.

“Ibu....ayah... cepat keluar dari dalam rumah” teriak firmun.
“Ada apa nak?” tanya ibu
”Kenapa kalian?” kata ayah.
”Gunung merapi mengelurakan wedus gembel ayo kita harus cepat mengungsi Yah” seru kimpul “Ayo cepat naik ke mobil” seru ayah.
“Ayo” saut ibu.


Akhirnya mereka mengungsi ke posko pengungsian terdekat, mereka berencana kembali kerumah setelah merapi mulai berhenti mengeluarkan asap wedus gembel. Setelah beberapa hari di posko pengungsian mereka kembali ke rumah nya. Mereka mengarungi jalanan yang penuh dengan debu merapi. Mereka khawatir dengan kondisi rumah dan ladang mereka


“Yah bagaimana jika rumah dan ladang kita hancur di terpa wedus gembel” tanya kimpul
“Tidak apa-apa yang penting kita sekeluarga selamat dari bencana ini” jawab ayah
“Jika rumah kita hancur kita mau tinggal dimana” tanya ibu
“Pasti ada bantuan dari pemerintah nantinya” kata ayah

Setelah selama 1 jam mengarungi jalanan yang penuh debu akhirnya mereka sampai ke rumah mereka, mereka sangat terkejut karena melihat rumah mereka tidak hancur tapi sayang ladang mereka tertutup debu vulkanik sehingga seluruh tanaman mati.

“Yah bagaimana ini, semua tanaman di ladang kita mati” tanya firmun.
“Bersabar saja nak semua ini adalah cobaan dari tuhan kita” jawab ayah.
 “Tetapi bagaimana kita membiayai kehidupan kita nanti” tanya kimpul.
 “Ayah akan berusaha mencari modal untuk membeli bibit tanaman baru setelah bencana ini benar benar berhenti” jawab ayah.
“Terimakasih ayah atas semua perjuanganmu” kata ibu.
“Sama-sama ibu” jawab ayah.


Setelah lama mengobrol bersama akhirnya, mereka memutuskan untuk beristirahat karena hari sudah mulai malam. Ternyata pada saat itu merapi kembali mengeluarkan asap tebal yang disertai suara gemuruh akibat bebatuan dan lahar yang dimuntahkan oleh gunung merapi.


“Ayah merapi meletus lagi” seru ibu.
”Apa!” jawab ayah.
“Ayo cepat kita pergi ke posko” seru ayah.

Akhirnya mereka kembali pergi ke posko. Tetapi ada barang yang sangat berharga yang tertinggal di dalam rumah.

“Yah surat berharga kita seperti surat tanah dll tertinggal dirumah bagaimana yah” tanya ibu.
“Akan ayah ambil nanti jika sudah sedikit berhenti erupsinya” jawab ayah.

“Ayah disini saja, biar saya dan Firmun yang mengambilnya” kata kimpul.
“Iya yah sebaiknya ayah disini saja bersama ibu” kata firmun.
“Tapi...” seru ayah.
“Ayo pul kita pergi kerumah” kata firmun.
“Ayo mun” jawab kimpul.
“Firmun, kimpul jangan kesana” seru ibu.


Firmun dan Kimpul akhirnya pergi kerumah mereka untuk mengambil surat berharga yang tertinggal didalam rumahnya.


“Pul apa kamu tahu dimana ibu meletakan surat surat berharga itu” tanya firmun.

“Mungkin di lemari” jawab kimpul.
“Lemari mana” kata firmun
“Lemari dikamar ibu” jawab kimpul

Akhirnya mereka sampai dirumahnya dan masuk kedalam rumahnya

“Ayo pul kita masuk kedalam” ajak firmun.
“Ayo mun” saut kimpul.
“Dimana pul” tanya firmun.        
“Ayo kita lihat dilemarinya” ajak kimpul


Mereka mencoba untuk mencari surat surat yang berharga itu, Firmun mencoba membuka lemari itu tapi lemari itu tidak bisa dibuka.


“Kok tidak bisa dibuka pul?” tanya firmun.
“Coba ambil diatas lemari itu” jawab kimpul.
“Oh iya pul ternyata kuncinya ada disini” kata firmun.

Setelah kunci lemarinya tertemu diatas lemari Firmun mencoba membuka lemari itu.

“Lemarinya bisa dibuka pul” kata firmun.
“Coba cari suratnya” kata kimpul.
“Tidak ada pul surat suratnya”kata firmun.
“Yakin kamu mun coba cari lagi” kata kimpul.
“Tidak ada pul” kata firmun


Kimpul coba mencarinya ditempat lain, dia terus mencari sampai akhirnya dia terlelah dan tertidur dikamar ibunya, sementara itu Firmun terus mencari surat surat berharga tersebut, setelah beberapa lama mereka mencari, akhirnya mereka berdua tertidur lelap, setelah tertidur lama mereka terbangun gara gara mendengar suara gemuruh dari belakang rumahnya,ternyata sang merapi sudah memuntahkan isi perutnya sementara itu wedus gembel sudah menjulang tinggi ke langit biru, sedangkan gempa saling susul menyusul yang menyebabkan rumah mereka menjadi berantakan dan hampir rubuh akhirnya mereka mencoba untuk kabur tetapi kaki firmun tertimpa lemari didekatnya sehingga kakinya patah.


“Bagaimana ini kaki mu patah” kata kimpul.
“Sebaiknya kamu pergi saja tinggalkan aku disini” jawab firmun.
“Tidak saya tidak mau meninggakan kamu” kata kimpul.
“Cepat tidak apa apa” kata firmun.
“Saya tidak mau kamu mati” kata kimpul.
“Saya juga tidak mau kamu mati” kata firmun.
“Jika kamu mati saya juga harus mati” kata kimpul.
“Jangan bagaimana dengan ayah dan ibu” kata firmun.
“Bagaimana dengan kamu juga” kata kimpul.

Lama kelamaan wedus gembel semakin mendekat ke rumah mereka, sedangkan mereka masih saling berpelukan dan saling melindungi satu sama lain.

“Bagaimana pul wedus gembel semakin mendekat ke arah kita” tanya firmun.
“Kita pasrahkan saja semuanya kepada yang diatas” jawab kimpul.
“Baiklah pul” kata firmun.
“Ayo kita mulai berdoa” kata kimpul.


Ternyata panas wedus gembel membakar rumah mereka tetapi mereka tetap tidak beranjak dari tempatnya. Mereka berdua mengucapkan Selamat Tinggal Ayah Dan Ibu. Akhirnya mereka berdua mati dengan tubuh yang terbakar, yang tersisa dari mereka hanyalah tulang belulang mereka saja tulang belulang mereka tertumpuk menjadi satu.

Sementara itu Ayah dan Ibu mereka khawatir dengan keadaan mereka disana.

“Ibu bagaimana dengan keadaan anak anak kita diasana” tanya ibu.
“Sebaiknya kita berdoa agar mereka selamat” jawab ayah.


Keesokan harinya mereka berencana untuk menyusul anak anak nya, Kebetulan sekali ada rombongan tim SAR yang ingin mengevakuasi korban korban yang masih ada dirumahnya, Mereka berangkat bersama tim SAR dengan menggunakan mobil, dalam perjalanan mereka tidak henti hentinya untuk mendoakan anak nya, setelah beberapa lama mereka akhirnya sampai di jalan menuju rumahnya, mereka berdua berlari untuk melihat kondisi anak anak mereka. Setelah sampai rumhnya mereka sangat terkejut dengan keadaan rumahnya yang sebagian sudah terbakar. Mereka berdua masuk ke dalam rumah, mereka sangat terkejut karena anak anak mereka tidak ada didalam rumahnya, mereka mencari ke berbagai tempat didalam rumahnya, akhirnya sang ibu menemukan anak anak nya tapi sayang mereka sudah tewas, sang ibu sangat terpukul dengan kejadian tersebut, ibu memanggil sang ayah Ayah...Ayah.. kesini.


Ayah menjawab, ada apa Bu ayah pun juga terkejut dengan keadaan kedua anaknya. Mereka berdua memanggil tim SAR untuk mengevakuasi kedua anaknya, setelah kedua anaknya dievakiasi mereka berencana menguburkan anak nya keesokan harinya. Ibu bicara pada ayah bagaimana Yah kedua anak kita sudah tidak ada, lalu ayah menjawab, tidak apa apa bu sebaiknya kita tabah dengan cobaan yang kita alami ini. Dua minggu kemudian Merapi sudah berehenti mengeluarkan wedus gembel dan material lainnya, Ibu dan Ayah merana karena sudah tidak punya tempat tinggal lagi, harta satu satunya yang ia miliki hanyalah mobil butut.

Ayah berbicara dengan ibu sebaiknya kita jual saja mobil ini untuk membeli rumah dan merantau jauh dari tempat ini, ibu menjawab pembicaraan ayah ya sudahlah jika itu mau ayah. Tapi kita mau merantau kemana yah, ayah menjawab pastinya ketempat yang jauh dari tempat ini, bagaiman dengan kuburan anak kita, Ayah menjawab kita akan berjiarah setiap setahun sekali, ya sudahlah sebaiknya kita berkemas kemas untuk pergi jauh dari tempat ini. Akhirnya mereka berdua pergi jauh dari tempat yang dekat dengan gunung merapi dan mereka tidak lupa untuk menjiarahi kuburan kedua anak mereka. Sekian cerita dari saya semoga dapat memuasakn anda





Available link for download